Ironi Mantan Atlet Tinju Surabaya Yang Jual Otot

4 min read

Boxebu.biz – Surabaya pernah menjadi Kota Tinju , Nouke Maraknya sasana tinju sempat menjadikan Surabaya dan Malang menjadi barometer tinju di tanah air.

Tapi kejayaan tinju di Surabaya itu telah pudar mulai 2012 silam hingga hampir sudah tidak ada sasana tinju yang bisa bertahan.

Para pemilik sasana terpaksa menutup tempat pembibitan tinju karena sepinya pertandingan.

Para pegiat tinju di Kota Pahlawan pun menjual otot agar bisa tetap bertahan hidup.

Profesi yang tidak jauh dari keahlian mereka adalah menjadi penagih utang alias debt collector.

Ketua Asosiasi Petinju Indonesia (API) Jatim Nouke Norimarna menyebutkan bahwa sejak ring tinju Indonesia semakin surut0

Tak sedikit petinju yang beralih profesi menjadi debt collector, sekaligus tidak jarang beririsan dengan tindak pidana.

Nouke menyebutkan setidaknya ada 15 petinju profesional asal Surabaya yang pernah mencapai masa kejayaan.

Dahulu mereka pernah berprestasi di kancah nasional hingga internasional.

Tapi begitu ring tinju semakin surut, mereka terpaksa beralih profesi.

“Yang pasti, lebih dari 15 atlet.

Surabaya sendiri aja lebih dari 10, kalau Jatim ya banyak banget.

Ada yang beruntung jadi dosen dan pengusaha.

Yang tidak beruntung jadi kuli bangunan, bongkar muat, jual tempe tahu, sampai debt collector,”

Nouke Mengaku Miris

Oleh karena itu, dengan berdirinya API Jatim yang di dukung tokoh Komisi Tinju Indonesia (KTI) PW Afandy atau Wei Fan.

Nouke berharap para petinju legendaris di Surabaya bisa kembali aktif di dunia sasana.

“Sehingga, kalau punya lapangan pekerjaan tetap lagi tidak di manfaatkan menjadi jago pukul dan hal-hal negatif terus,” tambah Nouke.

Salah satu legenda tinju yang pernah meraih berbagai prestasi adalah Andrian Kaspari.

Sejak mulai debutnya di ring tinju pada 1997, Andrian telah meraih sejumlah Juara Nasional.

Juara IBF Intercontinental, bahkan WBF Intercontinental.

Pria kelahiran Wonorejo Selatan itu terpaksa pensiun dini pada 2013 karena aktivitas ring di Surabaya semakin jarang.

Pria yang kini berusia 51 tahun itu sempat berganti-ganti sejumlah pekerjaan, termasuk menjadi debt collector.

“Ya mungkin karena perpindahan sasana jadi agak goyah dan saya belum siap.

Akhirnya saya jalani apa adanya, kerja seadanya, dulu pernah ikut jadi keamanan di kafe.

Juga bagian penagihan (debt collector di BPR dan sekarang bagian keamanan di Lapangan Thor,” katanya.

Andrian mengaku lebih beruntung di bandingkan teman-temannya yang lain.

Di usia yang sudah senja ini, dia memiliki pekerjaan yang cukup terjamin di bawah Dinas Kebudayaan.

Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata Kota Surabaya.

Petinju Legendaris Mana Saja Yang Sempat Berjaya

Petinju legendaris lainnya adalah Dominggus Siwalette.

Kalau Andrian Kaspari mengawali karier tinju pada 1993.

Tahun itu Dominggus telah menjadi juara IBF Intercontinental usai mengalahkan juara bertahan asal Thailand.

“Saya masih ingat betul, tahun 1993 itu saya juara IBF Intercontinental dan saya rebut juara di Thailand,” katanya kepada Boxebu.biz

Usai Menyabet Gelar Juara

pada 1994 hingga 1996 dia memutuskan pindah ke Surabaya untuk menjadi anak didik Herry Sugiarto.

Pelatih sekaligus promotor yang akrab di sapa Aseng.

Dominggus sebenarnya tidak secara langsung mengalami runtuhnya kerajaan tinju di Surabaya.

Sebab, pada 1997 usai bertanding menyabet juara di Filipina.

Dia memutuskan untuk pensiun dini usai anak pertamanya lahir.

“Setelah anak pertama saya lahir, saya memutuskan pensiun,” jelasnya

Namun, dia sempat mengalami kebingungan, harus bekerja apa karena merasa hanya memiliki keahlian sebagai petinju.

Rekannya pun mengajaknya untuk bekerja sebagai tukang tagih atau debt collector.

“Saya kerja sebagai DC di kartu kredit.

Setelah itu saya di panggil jadi pelatih di Bandung selama 2 tahun sejak 2000.

lalu jadi pelatih amatir ke Sukabumi.

Lalu tahun 2021 saya putuskan kembali ke Surabaya, gabung dengan API untuk membangkitkan kembali tinju,” tuturnya.

Ya, API Jatim adalah asosiasasi yang memang di rikan untuk membangkitkan kembali tinju di Surabaya setelah lebih dari satu dekade tinju di Surabaya ‘mati suri’.

Jauh sebelum itu, Surabaya menjadi salah satu kota dengan jumlah petinju yang tumbuh subur.

Seperti pernah di kaji Dani Samuel Manalu.

Alumnus Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya pada 2018.

Dia mengulas tinju di Surabaya pernah berjaya pada tahun 1970 hingga 1980-an.

Dalam skripsinya berjudul ‘Sejarah Tinju Profesional di Surabaya: Kontribusi Sasana Sawunggaling Tahun 1971-1988’.

Sebutkan pada awal perkembangannya tinju sebenarnya bukan milik kaum pribumi.

Tapi merupakan olahraga rutin tentara Hindia Belanda yang di sebut KNIL.

BACA JUGA

ATLET BULU TANGKIS WANITA JAPAN PALING TERCANTIK
BOXEBU https://boxebu.biz

BOXEBU Menceritakan tentang riwayat atlet dunia olahraga.

You May Also Like

More From Author